SEJARAH, MAKNA LOGO DAN DOWNLOAD LOGO NU

Sejarah dan Gerakan Berdirinya NU

KH Abdul Wahid Hasyim adalah putra kelima dari Hadratussyeikh KH Hasyim Asy’ari dengan Nyai Nafiqah. Anak lelaki pertama dari 10 bersaudara yang lahir pada Jumat, 1 Juni 1914 M, ketika di rumahnya sedang ramai dengan pengajian. Wahid Hasyim adalah salah seorang dari silsilah yang bersambung hingga Joko Tingkir, tokoh yang kemudian lebih dikenal dengan Sultan Sutawijaya yang berasal dari kerajaan Islam Demak.<>

Sejak kecil, Wahid Hasyim diperkenalkan dengan pengetahuan Islam dan dibebaskan untuk mempelajari pengetahuan umum. Tidak soal baginya bagaimana mendapatkan buku bahan bacaan walaupun kondisi ekonomi tergolong mampu, sehingga Wahid Hasyim tumbuh dan berkembang. Wahid Hasyim kecil memiliki otak yang cerdas, ia sudah pandai membaca Al-Quran dan malah sudah khatam ketika berusia 7 tahun.

Pada April 1934, sepulang dari Mekah, Wahid Hasyim banyak diminta kawan-kawannya agar aktif di perhimpunan atau organisasi yang dipimpinnya. Tawaran juga datang dari Nahdlatul Ulama (NU). Pada tahun-tahun itu, di Tanah Air banyak berkembang kaum nasionalis maupun keagamaan. Apa yang terjadi pada pergulatan panjang pemikiran Wahid Hasyim tidak begitu cepat menentukan alur organisasi. Kemungkinan pertama, ia menerima tawaran dan masuk ke dalam salah satu perkumpulan atau partai yang ada. Kemungkinan kedua, mendirikan perhimpunan atau partai sendiri.

Selama 4 tahun, Wahid Hasyim menimbang-nimbang berbagai tawaran, akhirnya dipilihlah NU, tepatnya pada 1938, ia menyatakan menerima tawaran untuk aktif di NU. “NU merupakan perhimpunan orang-orang tua yang geraknya lambat, tidak terasa dan tidak revolusioner.” Namun di mata Wahid Hasyim memiliki nilai lebih dibanding perhimpunan atau organisasi lain. Selama lebih satu dasawarsa, NU mengembangkan sayapnya dan baru memiliki 20 cabang dan itu tempatnya berdekatan.

Selama 4 tahun Wahid Hasyim mengembangkan pemikiran kritisnya terhadap eksistensi berbagai perhimpunan atau partai yang ada. Setelah itu, ia memilih NU, karena dinilai lebih memberikan keyakinan kuat bahwa NU akan berpengaruh besar terhadap perkembangan kebangkitan umat Islam di Indonesia. Buku yang sangat menarik memberikan beragam informasi tentang tokoh-tokoh NU, di antaranya; KH Abdul Wahab Hasbullah, KH Bisri Musthofa, KH Raden Asnawi Kudus, KH Ali Maksum, dan lain-lain.

Pada 20 Desember 1949, Wahid Hasyim diangkat menjadi Menteri Agama dalam Kabinet Hatta. Dalam kabinet pertama yang dibentuk presiden Soekarno, Wahid Hasyim ditunjuk sebagai Menteri Negara. Dalam Kabinet Sjahrir pada 1946, setelah terjadinya penyerahan kedaulatan dan berdirinya Republik Indonesia Serikat (RIS) dan dalam Kabinet Hatta, ia menjadi Menteri Agama.

Pada 1952, Wahid Hasyim memprakarsai berdirinya Liga Muslim Indonesia, suatu badan federasi yang anggotanya terdiri dari atas wakil-wakil NU, Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII), Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) dan Darul Dakwah al-Irsyad. Susunan pengurusnya adalah Wahid Hasyim sebagai ketua, Abikusno Cokrosuyoso sebagai wakil ketua I, dan H Sirojuddin Abbas sebagai wakil ketua II.

Kelebihan lain Wahid Hasyim adalah senang menulis. Tulisannya tersebar dalam bentuk pidato-pidato resmi, ceramah-ceramah keagamaan dan artikel-artikel di berbagai media massa. Karya-karya tulisannya antara lain; Nabi Muhammad dan Persaudaraan Manusia; Berimanlah dengan Sungguh dan Ingatlah Kesabaran Tuhan; Kebangkitan Dunia Islam; Kedudukan Ulama dalam Masyarakat Islam di Indonesia; dan Islam antara Materialisme dan Mistik.

Meski dikenal sebagai pemimpin nasional, Wahid Hasyim memiliki sikap tawadhu’ kepada para ulama, terutama pada Hadratussyeikh KH Hasyim Asy’ari.


Kisah di Balik Proses Terciptanya Lambang NU dan Makna yang terkandung didalamnya

Di balik citra dan kewibawaan lambang NU karya KH Ridlwan Abdullah (1884-1962) yang dapat kita lihat sekarang, ternyata sejarah pembuatannya menyimpan pula kisah dan makna yang sangat dalam dan menarik untuk kita ketahui. Tidak seperti proses kreatif lahirnya karya seni pada umumnya yang kebanyakan sekedar mengandalkan daya imajinasi dan kecerdasan kognitif belaka, namun tidak hanya atas dasar dua daya itu lambang NU berhasil diciptakan. Di samping mengerahkan daya imajinasinya, KH Ridlwan Abdullah juga menggerakkan kekuatan spiritualnya. Bahkan aspek yang terakhir ini yang memegang peranan terpenting di balik terciptanya lambang NU.     

Bermula dari persiapan penyelenggaraan Muktamar ke-2 NU di Surabaya, Kiai Ridlwan Abdullah ditugasi oleh KH Wahab Chasbullah selaku ketua panitia waktu itu untuk membuat lambang NU. Penunjukan Kiai Ridlwan  dalam pembuatan lambang NU ini mengingat Kiai Ridlwan memang sudah dikenal pandai menggambar dan melukis. Namun terhitung sejak penugasan itu hingga satu setengah bulan Kiai Ridlwan mencoba membuat sketsa lambang NU bahkan sampai berkali-kali belum berhasil juga, padahal muktamar sudah diambang pintu sehingga sampai sempat mendapat "teguran" KH Wahab Chasbullah.

Akhirnya, pada suatu malam dengan harapan muncul inspirasi atau ilham pada saat-saat orang lelap tidur, Kiai Ridlwan mengambil air wudzu kemudian melaksanakan shalat istikharah. Setelah itu beliau tidur sejenak. Dalam nyenyaknya tidur Kiai Ridlwan Abdullah bermimpi melihat sebuah gambar di langit yang biru dan jernih. Nampak seperti bola dunia dikelilingi bintang dan tali penyambung dan pengait.

Atas mimpinya itu, KH Ridlwan Abdullah tersentak bangun dari tidurnya dan spontan langsung mengambil kertas dan pena untuk membuat sketsa gambar sesuai dengan apa yang tertayang dalam mimpinya tersebut. Saat itu jam dindingnya menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Karena kecakapannya dalam melukis, pada keesokan harinya gambar tersebut bisa diselesaikan lengkap dengan tulisan NU memakai huruf arab dan tahunnya.

Adapun secara singkat deskriptif makna dari gambar atau lambang NU dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Tambang melambangkan agama (Berpegang teguhlah kamu sekalian pada tali Allah dan jangan bercerai berai).
2. Posisi tambang melingkari bumi melambangkan persaudaraan kaum muslimin seluruh dunia.
3. Untaian tambang berjumlah 99 buah melambangkan asma'ul husna.
4. Bintang sembilan melambangkan jumlah Wali Songo.
5. Bintang besar yang berada di tengah bagian atas melambangkan Nabi Muhammad SAW.
6. Empat bintang kecil di samping kiri dan kanan melambangkan khulafaur rasyidin, dan empat bintang kecil dibagian bawah melambangkan madzhab empat.

Setelah hasil lambang tersebut dihadapkan kepda KH Hasyim Asy'ari, beliau merasa puas dengan gambar, makna dan riwayat terciptanya lambang NU karaya Kiai Ridlawn itu. Beliau kemudian mengangkat kedua tangannya berdoa cukup panjang. Kemudian beliau berbicara penuh harap: "Mudah-mudahan Allah mengabulkan harapan yang dimaksud di dalam simbol Nahdlatul Ulama.”
Sumber : www.nu.or.id
 

Download Logo NU Versi CDR
Klik dibawah ini :

https://drive.google.com/file/d/0B_20tGKRPULQOFVRTjQ2LUJxdlE/view?usp=sharing

Untuk cara downloadnya bisa anda baca dengan klik caranya dibawah ini :
CARA DOWNLOAD 

Untuk logo-logo lainnya bisa anda unduh disini :

0 comments: